Sunday, August 31, 2014

Kotor

Kita harus tegas tentang kewajiban yang harus segera ditunaikan. Tidak boleh kalah oleh kepentingan yang belum tentu membawa kebaikan. Yakin bahwa Allah akan membantu dan meridhoi hal yang kita lakukan. Terkadang kehidupan dunia memaksa kita untuk mengorbankan salah satu. Tapi itulah hawa nafsu..
Jadi, apapun yang terjadi, jangan pernah tinggalkan kewajiban kita..
Sebagai umat islam..
Allahu Akbar!

Friday, August 29, 2014

Teather off

Awalnya memang sulit untuk menerima sesuatu yang bertolak belakang dengan pikiranmu. Kamu tahu bahwa mereka melakukan ini demi kebaikanmu, tidak ingin kamu celaka sebelum semua terjadi pada dirimu. Hanya ingin kamu hidup sebahagia mungkin, terhindar dari hal-hal buruk dengan berbagai macam pencegahan. Ya. Pencegahan itu yang membuatku gundah. Sejak mereka mengatakan tidak padaku, disitulah aku mulai merasa tertekan. Aku merasa apa yang menjadi pilihanku serba salah. Aku mulai bertindak bodoh dimanapun, hingga suatu saat nilai ujianku turun. Aku kecewa sekali, namun nilai itu tak bisa diubah. Saat itu aku sedang berusaha untuk menjalani proses adaptasi terhadap kegiatan yang kulakukan, sehingga kejadian ini keujadikan sebagai cambuk . Kupikir mereka akan menyemangatiku tanpa membahas kata tidak mereka padaku. Namun, apa yang kutakutkan malah terjadi. Di malam Minggu yang seharusnya menjadi waktu untuk bersenang-senang, menjadi malam suram tanpa harapan. Mereka semua terus menyalahkanku, menyalahkan apa yang menjadi pilihanku. Walau mereka mengatakan itu adalah sebuah saran ataupun nasehat, tapi menurutku itu adalah sebuah kutukan. Aku mengerti mengapa mereka melakukan itu padaku. Tapi mengapa pada waktu yang tidak tepat. Itu yang kusesalkan. Ini kedua kalinya aku merasa kecewa setelah dulu mereka berkata tidak untuk cita-citaku, yang semata-mata kubuat sebagai penyemangat belajar di umurku yang masih anak-anak. 
Semua itu butuh proses. Aku terlanjur memiliki tanggung jawab kepada banyak orang, sedangkan mereka dengan mudahnya berkata tidak. Aku selalu mengisi waktuku untuk memikirkan hal ini dan semakin lama aku mulai paham dan mengerti. Aku sudah mulai membuat rencana yang bisa kulakukan agar tak ada pihak yang tersakiti. Namun, apa yang bisa kulakukan dengan keadaan seperti ini? Bahkan, sebuah pohon yang besar dan kokoh dapat mati hanya karena ritual umpatan dari suku yang kecil.

Tidak Penting

Bel istirahat berbunyi, kulangkahkan kaki sesuka hati
Dari kejauhan sudah kusadari, ada dirinya yang menghampiri
Selalu ada yang berbeda, dalam hati yang merasa
Namun sekarang apa dayaku, semuanya seakan saling beradu
Kunantikan senyumnya, kunantikan salamnya
Kepedulian sesaat, yang terindah tuk dikenang
Jalan antara dua gedung sekolah, telah menjadi saksi bisu
Bahwa kita pernah menyeberang bersama,
Kau di Selatan, Aku di Utara
Saling menatap, lalu saling bertanya
Tanpa menyadari, bahwa kita sedang menyeberang jalan
Melangkahkan kaki, perlahan-lahan
Seakan dalam tatapan itu, tak ada yang ingin saling meninggalkan
Hmm, betapa indah dikenang

Namun sekarang...
Apakah harus kumulai lagi, atau akankah dimulai dengan sendirinya?